LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Pencernaan Makanan pada Paramecium sp.
Pencernaan Makanan pada Paramecium sp.
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah M.Pd
Disusun oleh:
Evi
Masripah
|
14541035
|
Sri
Masfuroh
|
14542008
|
Ai
Intan Permatasari
|
14542011
|
Sofyan
Munawar
|
14542015
|
Nilam
Nursyfa
|
14542016
|
Tria
Hastuti Junisa
|
14542020
|
Kelas 3-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2016
A. Judul
Sistem Pencernaan pada Paramecium sp.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses siklosis dan pengeluaran
sisa makanan yang tidak dicerna (defekasi) pada Paramecium sp.
C. Alat dan Bahan
Alat : | |
- Gelas kimia |
- Gunting |
- Pipet tetes |
- Alat tulis |
- Kaki tiga |
- Kamera |
- Pembakar spirtus |
- Kapas |
- Termometer |
- Tissue |
- Kasa asbes |
- Kain |
- Mikroskop |
- Karet |
- Objek glass |
- Kertas label |
- Cover glass |
|
Bahan : | |
- Air kotor |
- Larutan ragi |
- Jerami kering |
- Larutan ragi yang diberi warna |
D.
Langkah
kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini
yaitu sebagai berikut :
Tahap 1 : Pembuatan kultur murni
Paramecium sp.
1. Menyiapkan
alat dan bahan.
2. Memasukkan
air kotor kedalam 2 buah gelas kimia, masing-masing sebanyak 500 mL. Kemudian
beri label A dan B.
3. Menambahkan
potongan jerami kedalam gelas kimia yang berlabel A.
4. Memanaskan
kedua gelas kimia dengan menggunakan pemanas spirtus hingga mendidih (1000C).
5. Mendinginkan
kedua gelas kimia hingga mencapai suhu 360C.
6. Mencari
Paramecium sp. sebanyak 50 buah pada sisa air kotor dengan menggunakan
mikroskop, tambahkan sedikit kapas agar paramecium sp. terjerat dan mudah untuk
dihitung.
7. Memasukan
potongan jerami pada gelas kimia yang berlabel B setelah suhu mencapai 360C.
8. Memasukkan
Paramecium sp. kedalam gelas kimia yang telah didinginkan, masing-masing
sebanyak 25 buah.
9. Menutup
kedua gelas kimia dengan menggunakan kain yang memiliki banyak pori. Kemudian
ikat dengan menggunakan karet.
10. Mendiamkan
selama 4 hari.
11. Menyiapkan
kembali alat dan bahan.
12. Menyiapkan
air kotor kemudian masukan kedalam gelas kimia, masing-masing sebanyak 500 mL. Beri
label A’ dan B’.
13. Menambahkan
potongan jerami kedalam gelas kimia yang berlabel A’.
14. Memanaskan
kedua gelas kimia dengan menggunakan pemanas spirtus hingga mendidih (1000C).
15. Mendinginkan
kedua gelas kimia hingga mencapai suhu 360C.
16. Mencari
Paramecium sp. sebanyak 25 buah dari gelas kimia A (yang telah didiamkan
selama 4 hari) dan 25 buah Paramecium sp. dari gelas kimia B (yang telah
didiamkan selama 4 hari) dengan menggunakan mikroskop, tambahkan sedikit kapas
agar paramecium sp. terjerat dan mudah untuk dihitung.
17. Memasukan
potongan jerami pada gelas kimia yang berlabel B’ setelah suhu mencapai 360C.
18. Memasukkan
Paramecium sp. kedalam media baru (gelas kimia yang telah didinginkan), 25
Paramecium sp. dari gelas kimia A dimasukkan kedalam gelas kimia A’ dan 25
Paramecium sp. dari gelas kimia B dimasukkan kedalam gelas kimia B’.
19. Menutup
kedua gelas kimia dengan menggunakan kain yang memiliki banyak pori. Kemudian
ikat dengan menggunakan karet.
20. Mendiamkan
selama 4 hari.
21. Melakukan
langkah yang sama seperti diatas setelah 4 hari kemudian, beri label A” dan B”.
Tahap 2 : Mengamati pencernaan makanan pada Paramecium sp.
1. Menyiapkan
alat dan bahan.
2. Mengambil
air pada gelas kimia A” dengan menggunakan pipet tetes dan masukkan pada objek
glass.
3. Menambahkan
sedikit larutan ragi pada objek glass.
4. Membubuhkan
sedikit kapas agar Paramecium sp. mudah untuk diamati.
5. Mengamati
preparat tersebut dibwah mikroskop. Amati proses pencernaan pada Paramecium sp.
6. Mendokumentasikan
proses pencernaan pada Paramecium sp.
7. Melakukan
langkah yang sama seperti diatas pada kultur murni di gelas kimia B”.
8. Melakukan
langkah yang sama untuk gelas kimia A” dan B” namun gunakan larutan ragi yang
diberi warna.
9. Menjawab
pertanyaan pada LKS.
10. Membuat
kesimpulan.
E. Landasan
Teori
Pencernaan
makanan dibagi menjadi dua jenis yaitu pencernaan intraseluler dan pencernaan
ekstraseluler. Pencernaan ekstraseluler adalah perombakan makanan di luar sel.
Sedangkan pencernaan intraseluler adalah proses perombakan makanan yang terjadi
dii dalam sel. Salah satu organisme yang melakukan pencernaan intraseluler
adalah pencernaan makanan yang terjadi pada Paramecium
sp.
Paramecium sp,
merupakan salah satu spesies dari kelas Ciliata, Fillum Protozoa. Paramecium sp. memiliki ukuran tubuh
antara 125 sampai 300 mikron.Tubuh terdiri atas satu sel, bagian tubuh anterior
tampak muncul sedangkan tubuh bagian posteriormya meruncing. Bentuk tubuh
seperti sandal dan pada bagian luarnya terdapat selaput pembungkus bersifat elastis
yang disebut pellikel. Pada lapisan tubuh menempel ratusan silia. Yang
dilanjutkan ke arah lebih dalam membentuk mulut sel (sitostoma) dan berlanjut
sampai ke bagian kerongkongan (sitofaring gulet). Di belakang celah mulut
terdapat anus yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa pencernaan makanan. Pada
bagian ektoplasma terdapat trikosit semacam alat pertahanan tubuh terhadap
mangsanya. Selain itu, Paramecium juga memiliki dua vakuola (vakuola makanan
dan vakuola kontrkatil) dan dua nukleus (makronukleus dan mikronukleus).
Ciliata
mengambi makanannya dengan menyapu aliran air berisi partikel ke dalam mulut
dan kerongkongan. Vakuola makanan mengisi dipangkal kerongkongan dan bergerak
ke sitoplasma dan di sini isinya itu dicerna. Bahan tak dicernakan dalam vakuola
(umpamanya cangkang diatom) dikeluarkan dengan eksositosis (melalui pori
tetap). Ciliata yang hidup di air tawar mengatasi air yang tak henti-hentinya
itu dengan memompanya keluar melalui satu atau lebih vakuola kontraktil. Ciliata
parasitik, yang hidup dalam lingkungan isitonik, tidak mempunyai vakuola.
Pencernaan
terjadi pada saat siklosis. Enzim pencernaan yang terlihat adalah protease,
karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola
makanan. Pada awalnya vakuola makanan bersifat basa, kemudian berubah menjadi
asam dan akhirnya bersifat basa lagi. Hasil dari pencernaan ini akan berdifusi
ke dalam sitoplasma.
Rongga
makanan yang bergerak secara siklosis secara bertahap akan mengecil ukurannya karena
proses digesti dan absorpsi. Akhirnya sisa makanan yang tidak tercerna akan
dikeluarkan melalui sitopage. Proses ini disebut defekasi.
F. Hasil
1. Pembuatan
Kultur Murni
Kultur A
Kultur A
Pengamatan
|
Hasil
|
Gambar
|
4 hari pertama
|
Ukuran Paramecium sp. cukup besar dan jumlahnya sangat banyak.
|
|
4 hari kedua
|
Ukuran Paramecium sp. kecil dan jumlahnya sedikit.
|
|
Hari praktikum
|
Ukuran Paramecium sp. sangat besar dan jumlahnya cukup banyak.
|
Kultur B
2. Pengamatan Pencernaan Makanan Paramecium sp.
Video Pencernaan Paramecium sp.
3. Pertanyaan
Pengamatan
|
Hasil
|
Gambar
|
4 hari pertama
|
Ukuran Paramecium sp. cukup besar dan jumlahnya lumayan banyak.
|
|
4 hari kedua
|
Ukuran Paramecium sp. sangat kecil dan jumlahnya sangat banyak.
|
|
Hari praktikum
|
Ukuran Paramecium sp. sangat banyak dan ukurannya kecil.
|
2. Pengamatan Pencernaan Makanan Paramecium sp.
Video tersebut adalah video pencernaan makanan Paramecium sp. dari kultur A dengan penambahan larutan ragi. Karena pada kultur A Paramecium sp. yang ditemukan berukuran besar sehingga mudah untuk diamati proses pencernaannya. Sedangkan pada kultur B parameciumnya berukuran kecil sehingga sulit diamati walaupun sudah memaksimalkan pembesaran.
3. Pertanyaan
- Bagaimana
terjadinya vakuola makanan ?
Jawaban
:
Proses pencernaan
makanan pada Paramecium dimulai ketika Paramecium memakan partikel ragi. Makanan tersebut (ragi) masuk ke dalam sel melalui
“rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan
akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan
dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola
makanan akan dibentuk.
- Apakah
vakuola makanan itu bergerak?
Jawaban
:
Ya,
vakuola makanan itu bergerak.
- Jika
bergerak kemanakah arahnya dan berapa lama sampai terjadinya defekasi?
Jawaban
:
Vakuola
makanan bergerak searah dengan jarum jam. Waktu yang dibutuhkan untuk mencerna
makanan sampai terjadinya defekasi adalah sekitar 5 menit.
G. Pembahasan
Untuk mengetahui
bagaimana proses pencernaan makanan pada Paramecium sp., kami terlebih dahulu
membuat kultur murni agar didapatkan
Paramecium yang baik secara kualitas maupun kuantitas (ukurannya besar serta
jumlahnya banyak) agar pengamatan dapat kami lakukan dengan mudah. Pembuatan
kultur murni kami lakukan dengan menggunakan 2 perlakuan yang berbeda yaitu
perlakuan A dan B. Pada kultur A, kami menambahkan potonngan jerami kering pada
saat air kotor dipanaskan. Sedangkan pada kultur B kami menambahkan potongan
jerami kering setelah air kotor dipanaskan dan kemudian didinginkan hingga suhu
36 °C. Pembuatan kultur murni dilakukan secara berulang selama empat hari dan
kami lakukan sebanyak tiga kali. Namun akan lebih baik jika pengulangan ini
dilakukan selama sebulan, agar hasil yang didapatkan baik secara kualitas
maupun kuantitasnya.
Pada hari pengulangan pertama (setelah 4 hari didiamkan)
didapatkan Paramecium yang secara kualitas dan kuantitas bagus (besar dan
banyak) pada kultur A. Sedangkan pada kultur B Paramecuim yang dihasilkan
secara kualitas cukup besar sedangkan secara kuantitas cukup banyak tetapi
lebih sedikit di bandingkan dengan perlakuan A. Setelah di diamkan selama 4
hari lagi (pengulangan ke-2), kultur A menghasilkan Paramecium yang cukup besar
dan jumlahnya sedikit, sedangkan pada kultur B menghasilkan Paramecium yang
sangat banyak melebihi 4 hari sebelumnya dengan ukuran yang kecil. Kemudian
pada hari praktikum kami mendapatkan hasil yaitu, pada kultur A jumlah
Paramecium cukup banyak dan ukurannya yang besar. Sedangkan pada kultur B
didapatkan Paramecium dengan jumlah yang sangat banyak namun ukurannya yang
sangat kecil pula.
Setelah kami melakukan percobaan dapat kami ketahui bahwa
ada beberapa faktor yang menyebabkan Paramecium pada kultur A dan kultur B
berbeda, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut salah
satunya pemberian potongan jerami, pemberian potongan jerami sebelum air kotor
direbus membuat kandungan dalam jerami larut dalam air sehingga makanan yang
tersedia untuk Paramecium lebih banyak dan menghasilkan Paramecium yang besar.
Pemilihan Paramecium yang dimasukkan kedalam air rendaman jerami juga menjadi
faktor yang penting, karena jika kita memasukkan Paramecium yang secara genetik
ukurannya kecil maka Paramecium yang dihasilkanpun ukurannya akan kecil. Faktor
lainnya adalah kondisi Paramecium, jika Paramecium yang dimasukkan sedang dalam
tahap pembelahan maka Paramecum yang dihasilkan akan berukuran kecil. Hal
tersebut juga terjadi pada percobaan kami,
yaitu pada kultur A pengulangan ke-2 kami melihat paramecium yang sedang
melakukan pembelahan sehingga pada hari praktikum kami mendapatkan Paramecium
yang kecil walaupun dengan jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu, kami
melakukan pengamatan proses pencernaan makanannya dengan menggunakan sampel
Paramecium dari kelompok lain.
Pengamatan proses pencernaan Paramecium kami lakukan
dengan 2 perlakuan, yaitu perlakuan pertama kami menambahkan larutan ragi pada
sampel Paramecium yang diamati. Sedangkan pada perlakuan kedua, kami
menambahkan larutan ragi yang diberi pewarna Congo-red. Hal ini bertujuan agar
proses pengamatan dapat dilakukan dengan jelas, walaupun pengamatan harus
dilakukan dengan cepat karena Paramecium akan mati jika dibiarkan terlalu lama.
Kami hanya dapat melakukan pengamatan proses pecernaan makanan pada sampel kultur A saja, karena pada kultur
A didapatkan Paramecium yang banyak dan besar sehingga mudah untuk diamati.
Sedangkan pada Kultur B dihasilkan Paramecium yang berukuran kecil walaupun
jumlahnya sangat banyak, sehingga pengamatan sulit dilakukan walaupun kami
telah melakukan pembesaran secara maksimal.
Proses
pencernaan makanan pada Paramecium dimulai ketika Paramecium memakan partikel
ragi. Makanan tersebut (ragi)
masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam
sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan
bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai
bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk. Pencernaan makanan di
dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam
sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Vakuola makanan merupakan
organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan
mengedarkannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Arah
bergeraknya vakuola makanan tersebut yaitu searah dengan jarum jam.
Makanan akan dicerna dengan bantuan berbagai enzim. Enzim
pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang
disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Enzim tersebut menyebabkan
suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan tercerna.
Selanjutnya, terjadi pemisahan berbagai garam kalsium. Hal ini akan menciptakan
suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai enzim untuk bekerja
secara optimal. Dalam keadaan tersebut, bahan makanan akan disederhanakan
sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Vakuola makanan yang bergerak secara
siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan
absorpsi. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan
lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Setelah makanan dicerna,
ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk
diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan
yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan
untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses
pembuangan ini disebut defekasi.
Setelah melakukan pengamatan proses pencernaan
makanan pada Paramecium dengan 2 perlakuan, kami tidak menemukan perbedaan
secara signifikan. Hal ini dikarenakan penambahan Congo-red yang relativ
sedikit. Perbedaannya hanya pada perlakuan ke-2 (yang ditambah Congo-red)
ditemukan partikel-partikel merah pada larutannya.
H. Kesimpulan
Setelah kami melakukan percobaan dapat kami simpulkan
bahwa proses pencernaan makanan pada Paramecium terjadi di vakuola makanan dan
dibantu oleh beberapa enzim yang terdapat di lososom. Vakuola makanan akan
bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Arahnya
adalah searah dengan jarum jam. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis
akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi. Setelah
makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi untuk diedarkan ke seluruh tubuh, namun ada
juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat
buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara untuk kemudian dibuang
keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.
I. Daftar
pustaka
Biologi, Tim. 1994. Panduan Belajar IPA Biologi. Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas. 2013.
Biologi unuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Rusyana,
Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori
dan Praktik). Bandung: Alfabeta. Sudjadi, Bagod dan Laila, Siti. 2006. BIOLOGI Sains dalam Kehidupan. Jakarta: Yudhistira.
W Kimball, John. 1983. Biology, Fifth Edition. Jakarta : Erlangga.