Kamis, 27 Oktober 2016

Pencernaan Makanan pada Paramecium sp.



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 
Pencernaan Makanan pada Paramecium sp.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah M.Pd
Disusun oleh:

Evi Masripah
14541035
Sri Masfuroh
14542008
Ai Intan Permatasari
14542011
Sofyan Munawar
14542015
Nilam Nursyfa
14542016
Tria Hastuti Junisa
14542020
Kelas 3-B








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2016





      A.   Judul
       Sistem Pencernaan pada Paramecium sp.
      
      B.     Tujuan
       Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses siklosis dan pengeluaran sisa makanan yang  tidak dicerna (defekasi) pada Paramecium sp.
      
      C.    Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas kimia
- Gunting
- Pipet tetes
- Alat tulis
- Kaki tiga
- Kamera
- Pembakar spirtus
- Kapas
- Termometer
- Tissue
- Kasa asbes
- Kain
- Mikroskop
- Karet
- Objek glass
- Kertas label
- Cover glass

Bahan :
- Air kotor
- Larutan ragi
-  Jerami kering
- Larutan ragi yang diberi warna

      D.    Langkah kerja
      Adapun langkah kerja dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
      Tahap 1 : Pembuatan kultur murni Paramecium sp.
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Memasukkan air kotor kedalam 2 buah gelas kimia, masing-masing sebanyak 500 mL. Kemudian beri label A dan B.
3.      Menambahkan potongan jerami kedalam gelas kimia yang berlabel A.
4.      Memanaskan kedua gelas kimia dengan menggunakan pemanas spirtus hingga mendidih (1000C).
5.      Mendinginkan kedua gelas kimia hingga mencapai suhu 360C.
6.      Mencari Paramecium sp. sebanyak 50 buah pada sisa air kotor dengan menggunakan mikroskop, tambahkan sedikit kapas agar paramecium sp. terjerat dan mudah untuk dihitung.
7.      Memasukan potongan jerami pada gelas kimia yang berlabel B setelah suhu mencapai 360C.
8.      Memasukkan Paramecium sp. kedalam gelas kimia yang telah didinginkan, masing-masing sebanyak 25 buah.
9.      Menutup kedua gelas kimia dengan menggunakan kain yang memiliki banyak pori. Kemudian ikat dengan menggunakan karet.
10.  Mendiamkan selama 4 hari.
11.  Menyiapkan kembali alat dan bahan.
12.  Menyiapkan air kotor kemudian masukan kedalam gelas kimia, masing-masing sebanyak 500 mL. Beri label A’ dan B’.
13.  Menambahkan potongan jerami kedalam gelas kimia yang berlabel A’.
14.  Memanaskan kedua gelas kimia dengan menggunakan pemanas spirtus hingga mendidih (1000C).
15.  Mendinginkan kedua gelas kimia hingga mencapai suhu 360C.
16.  Mencari Paramecium sp. sebanyak 25 buah dari gelas kimia A (yang telah didiamkan selama 4 hari) dan 25 buah Paramecium sp. dari gelas kimia B (yang telah didiamkan selama 4 hari) dengan menggunakan mikroskop, tambahkan sedikit kapas agar paramecium sp. terjerat dan mudah untuk dihitung.
17.  Memasukan potongan jerami pada gelas kimia yang berlabel B’ setelah suhu mencapai 360C.
18.  Memasukkan Paramecium sp. kedalam media baru (gelas kimia yang telah didinginkan), 25 Paramecium sp. dari gelas kimia A dimasukkan kedalam gelas kimia A’ dan 25 Paramecium sp. dari gelas kimia B dimasukkan kedalam gelas kimia B’.
19.  Menutup kedua gelas kimia dengan menggunakan kain yang memiliki banyak pori. Kemudian ikat dengan menggunakan karet.
20.  Mendiamkan selama 4 hari.
21.  Melakukan langkah yang sama seperti diatas setelah 4 hari kemudian, beri label A” dan B”.

      Tahap 2 : Mengamati pencernaan makanan pada Paramecium sp.
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Mengambil air pada gelas kimia A” dengan menggunakan pipet tetes dan masukkan pada objek glass.
3.      Menambahkan sedikit larutan ragi pada objek glass.
4.      Membubuhkan sedikit kapas agar Paramecium sp. mudah untuk diamati.
5.      Mengamati preparat tersebut dibwah mikroskop. Amati proses pencernaan pada Paramecium sp.
6.      Mendokumentasikan proses pencernaan pada Paramecium sp.
7.      Melakukan langkah yang sama seperti diatas pada kultur murni di gelas kimia B”.
8.      Melakukan langkah yang sama untuk gelas kimia A” dan B” namun gunakan larutan ragi yang diberi warna.
9.      Menjawab pertanyaan pada LKS.
10.  Membuat kesimpulan.

           E.     Landasan Teori 

Pencernaan makanan dibagi menjadi dua jenis yaitu pencernaan intraseluler dan pencernaan ekstraseluler. Pencernaan ekstraseluler adalah perombakan makanan di luar sel. Sedangkan pencernaan intraseluler adalah proses perombakan makanan yang terjadi dii dalam sel. Salah satu organisme yang melakukan pencernaan intraseluler adalah pencernaan makanan yang terjadi pada Paramecium sp.

Paramecium sp, merupakan salah satu spesies dari kelas Ciliata, Fillum Protozoa. Paramecium sp. memiliki ukuran tubuh antara 125 sampai 300 mikron.Tubuh terdiri atas satu sel, bagian tubuh anterior tampak muncul sedangkan tubuh bagian posteriormya meruncing. Bentuk tubuh seperti sandal dan pada bagian luarnya terdapat selaput pembungkus bersifat elastis yang disebut pellikel. Pada lapisan tubuh menempel ratusan silia. Yang dilanjutkan ke arah lebih dalam membentuk mulut sel (sitostoma) dan berlanjut sampai ke bagian kerongkongan (sitofaring gulet). Di belakang celah mulut terdapat anus yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa pencernaan makanan. Pada bagian ektoplasma terdapat trikosit semacam alat pertahanan tubuh terhadap mangsanya. Selain itu, Paramecium juga memiliki dua vakuola (vakuola makanan dan vakuola kontrkatil) dan dua nukleus (makronukleus dan mikronukleus).

Ciliata mengambi makanannya dengan menyapu aliran air berisi partikel ke dalam mulut dan kerongkongan. Vakuola makanan mengisi dipangkal kerongkongan dan bergerak ke sitoplasma dan di sini isinya itu dicerna. Bahan tak dicernakan dalam vakuola (umpamanya cangkang diatom) dikeluarkan dengan eksositosis (melalui pori tetap). Ciliata yang hidup di air tawar mengatasi air yang tak henti-hentinya itu dengan memompanya keluar melalui satu atau lebih vakuola kontraktil. Ciliata parasitik, yang hidup dalam lingkungan isitonik, tidak mempunyai vakuola.

Pencernaan terjadi pada saat siklosis. Enzim pencernaan yang terlihat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Pada awalnya vakuola makanan bersifat basa, kemudian berubah menjadi asam dan akhirnya bersifat basa lagi. Hasil dari pencernaan ini akan berdifusi ke dalam sitoplasma.

Rongga makanan yang bergerak secara siklosis secara bertahap akan mengecil ukurannya karena proses digesti dan absorpsi. Akhirnya sisa makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui sitopage. Proses ini disebut defekasi.
 

           F.      Hasil
1.      Pembuatan Kultur Murni
      Kultur A

Pengamatan
Hasil
Gambar
4 hari pertama
Ukuran Paramecium sp. cukup besar dan jumlahnya sangat banyak.

4 hari kedua
Ukuran Paramecium sp. kecil dan jumlahnya sedikit.


Hari praktikum
Ukuran Paramecium sp. sangat besar dan jumlahnya cukup banyak.



      Kultur B
Pengamatan
Hasil
Gambar
4 hari pertama
Ukuran Paramecium sp. cukup besar dan jumlahnya lumayan banyak.

4 hari kedua
Ukuran Paramecium sp. sangat kecil dan jumlahnya sangat banyak.

Hari praktikum
Ukuran Paramecium sp. sangat banyak dan ukurannya kecil.
 

2.      Pengamatan Pencernaan Makanan Paramecium sp.

                                                Video Pencernaan Paramecium sp.  
 
                 Video tersebut adalah video pencernaan makanan Paramecium sp. dari kultur A dengan penambahan larutan ragi. Karena pada kultur A Paramecium sp. yang ditemukan berukuran besar sehingga mudah untuk diamati proses pencernaannya. Sedangkan pada kultur B parameciumnya berukuran kecil sehingga sulit diamati walaupun sudah memaksimalkan pembesaran.

 3. Pertanyaan 

     - Bagaimana terjadinya vakuola makanan ?

       Jawaban :

    Proses pencernaan makanan pada Paramecium dimulai ketika Paramecium memakan partikel ragi. Makanan tersebut (ragi) masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.



    - Apakah vakuola makanan itu bergerak?

      Jawaban :

      Ya, vakuola makanan itu bergerak.


    - Jika bergerak kemanakah arahnya dan berapa lama sampai terjadinya defekasi?

      Jawaban :
    Vakuola makanan bergerak searah dengan jarum jam. Waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan sampai terjadinya defekasi adalah sekitar 5 menit.

           G.    Pembahasan

             Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan pada Paramecium sp., kami terlebih dahulu membuat kultur murni agar  didapatkan Paramecium yang baik secara kualitas maupun kuantitas (ukurannya besar serta jumlahnya banyak) agar pengamatan dapat kami lakukan dengan mudah. Pembuatan kultur murni kami lakukan dengan menggunakan 2 perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan A dan B. Pada kultur A, kami menambahkan potonngan jerami kering pada saat air kotor dipanaskan. Sedangkan pada kultur B kami menambahkan potongan jerami kering setelah air kotor dipanaskan dan kemudian didinginkan hingga suhu 36 °C. Pembuatan kultur murni dilakukan secara berulang selama empat hari dan kami lakukan sebanyak tiga kali. Namun akan lebih baik jika pengulangan ini dilakukan selama sebulan, agar hasil yang didapatkan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
            Pada hari pengulangan pertama (setelah 4 hari didiamkan) didapatkan Paramecium yang secara kualitas dan kuantitas bagus (besar dan banyak) pada kultur A. Sedangkan pada kultur B Paramecuim yang dihasilkan secara kualitas cukup besar sedangkan secara kuantitas cukup banyak tetapi lebih sedikit di bandingkan dengan perlakuan A. Setelah di diamkan selama 4 hari lagi (pengulangan ke-2), kultur A menghasilkan Paramecium yang cukup besar dan jumlahnya sedikit, sedangkan pada kultur B menghasilkan Paramecium yang sangat banyak melebihi 4 hari sebelumnya dengan ukuran yang kecil. Kemudian pada hari praktikum kami mendapatkan hasil yaitu, pada kultur A jumlah Paramecium cukup banyak dan ukurannya yang besar. Sedangkan pada kultur B didapatkan Paramecium dengan jumlah yang sangat banyak namun ukurannya yang sangat kecil pula.
            Setelah kami melakukan percobaan dapat kami ketahui bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan Paramecium pada kultur A dan kultur B berbeda, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut salah satunya pemberian potongan jerami, pemberian potongan jerami sebelum air kotor direbus membuat kandungan dalam jerami larut dalam air sehingga makanan yang tersedia untuk Paramecium lebih banyak dan menghasilkan Paramecium yang besar. Pemilihan Paramecium yang dimasukkan kedalam air rendaman jerami juga menjadi faktor yang penting, karena jika kita memasukkan Paramecium yang secara genetik ukurannya kecil maka Paramecium yang dihasilkanpun ukurannya akan kecil. Faktor lainnya adalah kondisi Paramecium, jika Paramecium yang dimasukkan sedang dalam tahap pembelahan maka Paramecum yang dihasilkan akan berukuran kecil. Hal tersebut juga  terjadi pada percobaan kami, yaitu pada kultur A pengulangan ke-2 kami melihat paramecium yang sedang melakukan pembelahan sehingga pada hari praktikum kami mendapatkan Paramecium yang kecil walaupun dengan jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu, kami melakukan pengamatan proses pencernaan makanannya dengan menggunakan sampel Paramecium dari kelompok lain.
            Pengamatan proses pencernaan Paramecium kami lakukan dengan 2 perlakuan, yaitu perlakuan pertama kami menambahkan larutan ragi pada sampel Paramecium yang diamati. Sedangkan pada perlakuan kedua, kami menambahkan larutan ragi yang diberi pewarna Congo-red. Hal ini bertujuan agar proses pengamatan dapat dilakukan dengan jelas, walaupun pengamatan harus dilakukan dengan cepat karena Paramecium akan mati jika dibiarkan terlalu lama. Kami hanya dapat melakukan pengamatan proses pecernaan makanan  pada sampel kultur A saja, karena pada kultur A didapatkan Paramecium yang banyak dan besar sehingga mudah untuk diamati. Sedangkan pada Kultur B dihasilkan Paramecium yang berukuran kecil walaupun jumlahnya sangat banyak, sehingga pengamatan sulit dilakukan walaupun kami telah melakukan pembesaran secara maksimal.
Proses pencernaan makanan pada Paramecium dimulai ketika Paramecium memakan partikel ragi. Makanan tersebut (ragi) masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk. Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Arah bergeraknya vakuola makanan tersebut yaitu searah dengan jarum jam.
Makanan akan dicerna dengan bantuan berbagai enzim. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Enzim tersebut menyebabkan suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan tercerna. Selanjutnya, terjadi pemisahan berbagai garam kalsium. Hal ini akan menciptakan suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai enzim untuk bekerja secara optimal. Dalam keadaan tersebut, bahan makanan akan disederhanakan sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.
           Setelah melakukan pengamatan proses pencernaan makanan pada Paramecium dengan 2 perlakuan, kami tidak menemukan perbedaan secara signifikan. Hal ini dikarenakan penambahan Congo-red yang relativ sedikit. Perbedaannya hanya pada perlakuan ke-2 (yang ditambah Congo-red) ditemukan partikel-partikel merah pada larutannya.

           H.    Kesimpulan 

Setelah kami melakukan percobaan dapat kami simpulkan bahwa proses pencernaan makanan pada Paramecium terjadi di vakuola makanan dan dibantu oleh beberapa enzim yang terdapat di lososom. Vakuola makanan akan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Arahnya adalah searah dengan jarum jam. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi. Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi  untuk diedarkan ke seluruh tubuh, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara untuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.

           I.    Daftar pustaka

Biologi, Tim. 1994. Panduan Belajar IPA Biologi. Jakarta: Yudhistira.
Irnaningtyas. 2013. Biologi unuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta. 
Sudjadi, Bagod dan Laila, Siti. 2006. BIOLOGI Sains dalam Kehidupan. Jakarta: Yudhistira. 
W Kimball, John. 1983. Biology, Fifth Edition. Jakarta : Erlangga.
  
 

LAMPIRAN

Video Reproduksi Paramecium sp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar