Selasa, 24 Januari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATURIUM UPI (EKSKRESI)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Ekskresi
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Ibu Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh:

Evi Masripah
14541035
Sri Masfuroh
14542008
Ai Intan Permatasari
14542011
Sofyan Munawar
14542015
Nilam Nursyifa
14542026
Tria Hastuti Junisa
14542020
Kelas 3-B













PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2017






A.    Judul         : Ekskresi
B.     Tujuan       : a. Memeriksa ada tidaknya  glukosa dalam urine.
  b. Memeriksa ada tidaknya albumin dalam urine (Heller’s Nitric acid test).
   c.  Mengenal bau amonia dari hasil penguraian urea dalam urine
   d. Membuktikan adanya urea dalam urine.
C.     Landasan Teori
Sistem urinaria merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
            Sistem urinaria terdiri dari: 1) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, 2) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), 3) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan 4) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1.      Ginjal (Ren)
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter. Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
·         Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingin kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomelurus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.
·         Tubulus Kontortus Proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangant berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen.
·         Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk ke dalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.
·         Tubulus Kontostus Distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.
·         Tubulus dan Duktus Pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul bersedenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.
2.      Ureter
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang sempai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 25 cm – 30 cm dan berdiameter 4 mm - 6 mm. saluran ini menyempit di tiga tempat : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Batu ginjal dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini, mengakibatkan nyeri dan disebut kolik ginjal. Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal kea rah dalam dan otot polos sirkular kea rah luar, dan lapisan terdalam adalah epitelum mukosa yang mengsekresi lapisan mucus pelindung.
Lapisan ottot memiliki aktifitas peristaltic intristik. Gelombang peristaltis mengalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.
3.      Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dalam lipatan-lipatan peritoneum dan kondensasi fasia. Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan :
a.       Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan teritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
b.      Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah.
c.       Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis.
d.      Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel, yang tersusun dari epithelium transisional. Pada kandung kemih yang relax, mukosa membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat urine berakumulasi dalam kandung kemih.
4.      Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari :
1.                 Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2.                 Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3.                 Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4.                 Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5.                 Berat jenis 1,015-1,020.
6.                 Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari :                                                            
1.      Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2.      Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3.      Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4.      Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5.      Toksin.
6.      Hormon.
Kandung kemih dikendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1.      Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2.      Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Tahap pembentukan urine :
1.      Filtrasi ( penyaringan )
Filtrasi merupakan proses penyaringan darah yang berlangsung di dalam badan Malpighi yaitu dari glomerulus ke kapsula bowman, filtrate hasil filtrasi disebut urine primer, dalam urine primer masih terdapat zat yang berguna yaitu : air, glukosa, dan garam mineral seperti ion natrium (Na+) dan ion kalsium ( ca 2+ )

2.      Reabsorpsi ( penyerapan kembali )
Reabsorpsi merupakan proses penyerapan  kembali zat dalam urine primer yang masih berguna, filtrate hasil reabsorpsi disebut urine sekunder , ada dua macam reabsorpsi yaitu reabsorpsi obligat dan fakultatif, reabsorpsi obligat berlangsung di dalam tubulus kontortus proksimal  hingga tubulus kontortus distal.
Reabsorpsi obligat selalu berlangsung pada setiap keadaan dengan volume urine yang sama. Reabsorpsi fakultatif berlangsung di tubulus distal dan tubulus kolektivus, pada kondisi tertentu, reabsorpsi fakultatif dibantu oleh hormone, missal reabsorbsi air dibantu oleh hormone antideuritika ( ADH ), dan reabsorbsi kalsium dibantu oleh hormone paratiroid  (PTH )
Hasil reabsorpsi ini  berupa urine sekunder yang komposisinya mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi member warna dan bau pada urine
3.      Augmentasi ( pengeluaran zat yang tidak berguna )
Augmentasi merupakan proses pengeluaran zat yang tidak berguna atau berlebih ke dalam urine. misalnya sekresi ion hydrogen ( H+) Dan ion kalium. Augmentasi berlangsung di dalam tubulus distal. Filtrate  hasil augmentasi merupakan urine sesungguhnya, urine sesungguhnya masih dapat direabsorpsi bahkan sampai berada di dalam tubulus pengumpul ( kolektivus ).
Factor – factor yang mempengaruhi produksi urine, yaitu :
1.    Hormone antideuritik ( ADH )
2.    Hormon insulin
3.    Jumlah air yang diminum
4.    Factor cuaca
Di dalam urine  terkandung bermacam – macam  zat, antara lain :
1.    Zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak
2.    Zat warna empedu yang memberikan  warna kuning pada  urine
3.    Garam, terutama garam dapur
4.    Zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vit C, dan obat – obatan, juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh, misalnya hormone.

D.    Alat dan Bahan
1.      Glukosa dalam Urine
a.       Larutan Bendict’s
b.      Tabung reaksi
c.       Pipet
d.      Urine
2.      Albumin dalam Urine
a.       Urine
b.      Asam nitrit pekat
c.       Tabung reaksi
d.      Pipet
3.      Chlorida dalam Urine
a.       Urine
b.      Larutan AgNO3 10%
c.       Pipet
4.      Amonia dalam urine
a.   Urine
b.    Lampu spirtus
5. Urea dalam Urine
       a.    Urine
       b. Objek glass
       c. Asam oksalat
       d. Sodium hipobromide

E.     Langkah Kerja
1.      Glukosa dalam Urine
a.       Didihkan 3 ml larutan Benedict’s dalam tabung reaksi
b.      Tambahkan 8 tetes urine ke dalam larutan tadi dan panaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan dingin
c.       Amati adanya perubahan warna (endapan) yang terjadi, bila:
Hijau: Kadar glukosa 1%
Merah: Kadar glukosa 1,5%
Orange: Kadar glukosa 2%
Kuning: Kadar glukosa 5%
2.      Albumin dalam Urine
a.       Masukkan 2 ml asam nitrit pekat ke dalam tabung reaksi.
b.      Miringkan tabung reaksi tersebut kemudian tetesi urine dengan memeprgunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung.
c.       Bila urine mengandung albumin akan terlihat adanya cincin bewarna putih yang terdapat pada daerah konak urine dan asam nitrit.
3.      Chlorida dalam Urine
a.         Masukkan 5 ml urine  ke dalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO3 1-2 tetes
b.        Amati perubahan yang terjadi, endapan putih menunjukan adanya chlorida radikal
4.      Amonia dalam urine
a.       Masukkan 1 ml urine ke dalam tabung reaksi
b.      Panaskan dengan lampu spirtus
c.       Ciumlah bagaimana baunya?
5.      Urea dalam urine
a.       Teteskan beberapa tetes urine pada objek glass, kemudian hadapkan pada cahaya matahari biarkan sebagian dari urine tersebut menguap
b.      Tambahlah setetes larutan jenuh asam oksalat
c.       Amati kristal urea oksalat yang terbentuk
d.      Tambahkan beberapa tetes larutan sodium hipobromide
e.       Pemuaian nitrogen tampak akibat dekomposisi urea

F.     Hasil Pengamatan
1. Glukosa dalam Urine
Sampel Urine
Perubahan Warna
Keterangan
Sofyan M
Biru
Mengandung 0,1% glukosa
Santika S
Biru
Mengandung 0,1% glukosa
M. Hasanudin
Biru
Mengandung 0,1% glukosa
Selvia Yusifa
Biru
Mengandung 0,1% glukosa
Nena Mardianti
Biru
Mengandung 0,1 % glukosa

2.      Albumin dalam Urine
Sampel Urine
Cincin Putih
Keterangan
Sofyan M
Tidak ada cincin
Tidak mengandung albumin
M. Hasanudin
Tidak ada cincin
Tidak mengandung albumin
Santika S
Tidak ada cincin
Tidak mengandung albumin
Selvia Yusifa
Tidak ada cincin
Tidak mengandung albumin
Nena Mardianti
Tidak ada cincin
Tidak mengandung albumin

3.      Chlorida dalam Urine
Sampel Urine
Endapan Putih
Keterangan
Sofyan M
Terdapat endapan putih
Terdapat chlorida radikal
M. Hasanudin
Terdapat endapan putih
Terdapat chlorida radikal
Santika S
Terdapat endapan putih
Terdapat chlorida radikal
Selvia Yusifa
Terdapat endapan putih
Terdapat chlorida radikal
Nena Mardianti
Terdapat endapan putih
Terdapat chlorida radikal

4.      Amonia dalam urine
Sampel Urine
Bau
Keterangan
Sofyan M
Berbau pesing
Terdapat amonia
M. Hasanudin
Berbau pesing
Terdapat amonia
Santika S
Berbau pesing
Terdapat amonia       
Selvia Yusifa
Berbau pesing
Terdapat amonia        
Nena Mardianti
Berbau pesing
Terdapat amonia        

5.      Urea dalam urine
Sampel Urine
Kristal Oksalat
Keterangan
Sofyan M
Terdapat kristal oksalat
Banyak
M. Hasanudin
Terdapat kristal oksalat
Banyak
Santika S
Terdapat kristal oksalat
Banyak
Selvia Yusifa
Terdapat kristal oksalat
Banyak
Nena Mardianti
Terdapat kristal oksalat
Banyak

G.    Pembahasan
1.      Glukosa pada Urine
Pada uji glukosa setelah sampel di teteskan pada larutan benedict yang telah di panaskan kemudian di diamkan selama beberapa saat tidak terjadi perubahan warna. Ini menunjukan bahwa sampel urine a negatif mengandung glukosa, kalaupun ada kadar glukosa yang terkandung sebesar 0.1%.
2.      Albumin pada Urine
Pada uji albumin setelah sampel (urine) diteteskan pada tabung reaksi yang mengandung asam nitrit kemudian didiamkan selama beberapa saat, tidak terdapat cincin putih di daerah kontak antara urine dan asam nitrit. Hal ini menunjukan bahwa sampel urine tersebut tidak mengadung albumin
3.      Clorida pada Urine
Pada uji chlorida setelah sampel yang di dalam tabung reaksi ditetesi larutan NAOH teradapat endapan putih. Hal ini menunjukan bahwa sampel  urine tersebut positif mengandung chlorida.       
4.      Amonia pada Urine
Pada uji amonia setelah sampel yang berada pada tabung reaksi dipanaskan beberapa saat kemudian tercium bau pesing. Hal ini menunjukan bahwa sampel urine tersebut mengandung amonia
5.      Urea dalam Urine
Pada uji urea setelah sampel yang berada pada tabung reaksi dipanaskan beberapa saat kemudian dikeringkan, setelah kering , diamati dengan menggunakan mikroskop dan hasilnya terdapat kristal (oksalat).
H.    Pertanyaan
a.       Glukosa pada Urine
1.      Buatlah siklus perubahan glukosa dalam tubuh dan jelaskan mengapa terjadi perubahan demikian?
Jawab: glukosa berasal dari pemecahan amilum dan maltosa. Glukosa masuk siklus glikolisis meghasilkan asam piruvat kemudian masuk daur krebs dan transpor elektron untuk menghasilkan energi berupa ATP
2.      Bagaimanakah jumlah glukosa dalam darah setelah beberapa saat anda makan? Bagaimanakah hubungannya dengan kadar glukosa optimum darah? Jelaskan!
Jawaban: jumlah glukosa dalam darah akan naik beberapa saat setelah makan, saat kita makan makanan yang mengandung karbohidrat. Karbohidrat akan diubah jadi glukosa umtuk menjaga keoptimalan kadar glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa didalam tubuh tersebut akan disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati atau otot sehingga kadar glukosa dalam darah tetap dalam keadaan optimum
b.      Albumin pada Urine
1.      Apakah hubungannya anatara kadar albumin yang tinggi dalam urine dengan kesehatan yang bersangkutan?
Jawaban: Albumin merupakan molekul yang mempunyai berat molekul yang besar. Apabila dalam urine seseorang terdapat albumin, maka hal tersebut menunjukkan indikasi adanya kerusakan pada membrane kapsul endhotolium. Selain itu, hal tersebut juga dapat disebebkan oleh iritasi ginjal dikarnakan masuknya substansi seperti bakteri, eter, atau logam berat.
c.       Clorida pada Urine
1.      Chlorida yang terdapat dalam urine berasal dari apa? Jelaskan!
Jawaban: Chlorida yang terdapat dalam urine berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl 10%)
2.      Apakah chliride selalu terdapat dalam urine? Jelaskan!
Jawaban:  ya, karena setiap makanan hampir mengandung garam (Nacl)
3.      Tuliskanan reaksi kimia yang terjadi pada percobaan diatas bila uji tersebut positif!
Jawaban: NaCl    -->    Na+ + Cl-
AgNo3+ NaCl    -->         AgCl + NaNO3
d.       Amonia pada Urine
1.      Berasal dari apakah amonia dalam urine tersebut?
Jawaban: berasal dari hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama didalam hati dan ginjal
2.      Enzim apa yang bekerja?
Jawaban: Enzim glutaminase mengubah glutamin menjadi aam glutamate
e.       Urea dalam Urine
1.      Jelaskan bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh?
Jawaban: : Mekanisme Pembentukan Urea di Hati,Urine di Nefron Ginjal dan Mekanisme Osmoregulasi Ikan Air Tawar dan Ikan Air LautA. Mekanisme Pembentukan Urea Di Hati.  Jika sel tubuh kelebihan asam amino, asam amino tersebut akan mengalami deaminasi. Deaminasi merupakan pemindahan gugus amin (-NH) dari asam amino. Deaminasi mengakibatkan terkumpulnya amonia yang bersifat racun. Hati dengan bantuan enzim arginase akan mengubah arginin (salah satu asam amino esensial) menjadi ornitin dan urea. Urea akan dibuang melalui ginjal, sedangkan ornitin akan mengikat amonia yang bersifat racun dan akan dikeluarkan ke dalam empedu dan urin.                                                        

2.      Bagaimanakah mekanisme pengeluaran urea dalam tubuh?
Jawaban: Setelah urin dibentuk di ginjal, urin akan disimpan sementara dalam vesica urinaria atau kandung kemih setelah melewat ureter. Jika volume urin yang terdapat dalam kandung kemih telah cukup banyak dan telah mampu menyebabkan distensi otot detrusor, otot detrusor akan mengalami kontraksi dan hal ini mengakibatkan keluarnya urin dari kandung kemih melalui uretra.


2  I.     Kesimpulan
1.      Glukosa pada Urine
Setelah urine ditambahkan dengan larutan benedict, yang kemudian dipanaskan menghasilkan warna biru. Hal ini menunjukan bahwa kandungan glukosa pada urine tersebut sebesar 0,1%.
2.      Albumin pada Urine
Setelah urine ditambahkan asam nitrit, tidak terdapat cincin berwarna putih pada urine.
3.      Clorida pada Urine
Setelah urine ditambahkan AgNO3, terdapat lapisan endapan berwarna putih.
4.      Amonia pada Urine
Setelah urine dipanaskan dengan menggunakan bunsen, urine ini menimbulkan bau pesing. Hal ini menunjukan bahwa urine tersebut sehat.
5.      Urea dalam Urine
Setelah ditambahkan asam oksalat, kemudian dikeringkan dan di amati dibawah mikroskop terdapat kristal (oksalat).

LAMPIRAN