LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
“Ekskresi”
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Ibu Siti
Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh:
Evi Masripah
|
14541035
|
Sri Masfuroh
|
14542008
|
Ai Intan Permatasari
|
14542011
|
Sofyan Munawar
|
14542015
|
Nilam Nursyifa
|
14542026
|
Tria Hastuti Junisa |
14542020
|
Kelas 3-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2017
A. Judul : Ekskresi
B. Tujuan : a. Memeriksa ada tidaknya glukosa dalam urine.
b. Memeriksa ada tidaknya albumin dalam urine
(Heller’s Nitric acid test).
c. Mengenal
bau amonia dari hasil penguraian urea dalam urine
d. Membuktikan
adanya urea dalam urine.
C. Landasan
Teori
Sistem urinaria merupakan suatu sistem dimana
terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem urinaria terdiri dari: 1) dua
ginjal (ren) yang menghasilkan urin, 2) dua ureter yang membawa urin dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), 3) satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan 4) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1. Ginjal
(Ren)
Ginjal
memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap
ginjal terdapat bukan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena
renal, dan ureter. Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang
memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah
satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan
internal). Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran
zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
Setiap
ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis
di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang
merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 sampai 4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urine nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari
: Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius.
·
Glomerulus adalah gulungan kapilar yang
dikelilingin kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomelurus
dan kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.
·
Tubulus Kontortus Proksimal, panjangnya
mencapai 15 mm dan sangant berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus
ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus dan memperluas
area permukaan lumen.
·
Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal
mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk ke dalam medulla, membentuk
lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai
asenden ansa henle.
·
Tubulus Kontostus Distal juga sangat
berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.
·
Tubulus dan Duktus Pengumpul. Karena
setiap tubulus pengumpul bersedenden di korteks, maka tubulus tersebut akan
mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk
duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih
besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine
dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.
2. Ureter
Ureter
adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang
merentang sempai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 25 cm – 30 cm
dan berdiameter 4 mm - 6 mm. saluran ini menyempit di tiga tempat : di titik
asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di
titik pertemuannya dengan kandung kemih. Batu ginjal dapat tersangkut dalam
ureter di ketiga tempat ini, mengakibatkan nyeri dan disebut kolik ginjal. Dinding
ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan
fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal kea rah dalam dan otot polos
sirkular kea rah luar, dan lapisan terdalam adalah epitelum mukosa yang
mengsekresi lapisan mucus pelindung.
Lapisan
ottot memiliki aktifitas peristaltic intristik. Gelombang peristaltis
mengalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.
3. Vesika
Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika
urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Kandung kemih
ditopang dalam rongga pelvis dalam lipatan-lipatan peritoneum dan kondensasi
fasia. Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan :
a. Serosa
adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan teritoneal
rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
b. Otot
detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot
polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa
selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah.
c. Submukosa
adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan menghubungkannya
dengan muskularis.
d. Mukosa
adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel, yang tersusun
dari epithelium transisional. Pada kandung kemih yang relax, mukosa membentuk
ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat urine
berakumulasi dalam kandung kemih.
4. Uretra
Merupakan
saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian
eksterior tubuh.
Sifat
fisis air kemih, terdiri dari :
1.
Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc
tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2.
Warna, bening kuning muda dan bila
dibiarkan akan menjadi keruh.
3.
Warna, kuning tergantung dari kepekatan,
diet obat-obatan dan sebagainya.
4.
Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan
lama akan berbau amoniak.
5.
Berat jenis 1,015-1,020.
6.
Reaksi asam, bila lama-lama menjadi
alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan
protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari :
1. Air
kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat
sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen
(bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
Kandung kemih dikendalikan oleh saraf
pelvis dan serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung
kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml
urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya
refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian
besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari
“latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak
nyeri).
Tahap
pembentukan urine :
1.
Filtrasi ( penyaringan )
Filtrasi merupakan proses
penyaringan darah yang berlangsung di dalam badan Malpighi yaitu dari
glomerulus ke kapsula bowman, filtrate hasil filtrasi disebut urine primer,
dalam urine primer masih terdapat zat yang berguna yaitu : air, glukosa, dan
garam mineral seperti ion natrium (Na+) dan ion kalsium ( ca 2+
)
2.
Reabsorpsi ( penyerapan
kembali )
Reabsorpsi
merupakan proses penyerapan kembali zat dalam urine primer yang masih
berguna, filtrate hasil reabsorpsi disebut urine sekunder , ada dua
macam reabsorpsi yaitu reabsorpsi obligat dan fakultatif, reabsorpsi
obligat berlangsung di dalam tubulus kontortus proksimal hingga tubulus
kontortus distal.
Reabsorpsi
obligat selalu berlangsung pada setiap keadaan dengan volume urine yang sama. Reabsorpsi
fakultatif berlangsung di tubulus distal dan tubulus kolektivus, pada kondisi
tertentu, reabsorpsi fakultatif dibantu oleh hormone, missal reabsorbsi air
dibantu oleh hormone antideuritika ( ADH ), dan reabsorbsi kalsium dibantu oleh
hormone paratiroid (PTH )
Hasil
reabsorpsi ini berupa urine sekunder yang komposisinya mengandung air,
garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi member warna dan bau pada urine
3.
Augmentasi ( pengeluaran zat
yang tidak berguna )
Augmentasi merupakan proses
pengeluaran zat yang tidak berguna atau berlebih ke dalam urine. misalnya
sekresi ion hydrogen ( H+) Dan ion kalium. Augmentasi berlangsung di
dalam tubulus distal. Filtrate hasil augmentasi merupakan urine
sesungguhnya, urine sesungguhnya masih dapat direabsorpsi bahkan sampai berada
di dalam tubulus pengumpul ( kolektivus ).
Factor – factor yang mempengaruhi produksi urine, yaitu :
1.
Hormone antideuritik ( ADH )
2.
Hormon insulin
3.
Jumlah air yang diminum
4.
Factor cuaca
Di dalam urine terkandung bermacam –
macam zat, antara lain :
1.
Zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam
ureat, dan amoniak
2.
Zat warna empedu yang memberikan warna kuning
pada urine
3.
Garam, terutama garam dapur
4.
Zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vit C,
dan obat – obatan, juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh,
misalnya hormone.
D. Alat
dan Bahan
1. Glukosa
dalam Urine
a.
Larutan Bendict’s
b.
Tabung reaksi
c.
Pipet
d.
Urine
2. Albumin
dalam Urine
a.
Urine
b.
Asam nitrit pekat
c.
Tabung reaksi
d.
Pipet
3. Chlorida
dalam Urine
a.
Urine
b.
Larutan AgNO3 10%
c.
Pipet
4. Amonia
dalam urine
a. Urine
b. Lampu
spirtus
5. Urea dalam Urine
a. Urine
b. Objek glass
c. Asam oksalat
d. Sodium hipobromide
E. Langkah
Kerja
1. Glukosa
dalam Urine
a.
Didihkan 3 ml larutan Benedict’s dalam
tabung reaksi
b.
Tambahkan 8 tetes urine ke dalam larutan
tadi dan panaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan dingin
c.
Amati adanya perubahan warna (endapan)
yang terjadi, bila:
Hijau: Kadar glukosa 1%
Merah: Kadar glukosa
1,5%
Orange: Kadar glukosa
2%
Kuning: Kadar glukosa
5%
2. Albumin
dalam Urine
a.
Masukkan 2 ml asam nitrit pekat ke dalam
tabung reaksi.
b.
Miringkan tabung reaksi tersebut
kemudian tetesi urine dengan memeprgunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga
urine turun melalui sepanjang tabung.
c.
Bila urine mengandung albumin akan
terlihat adanya cincin bewarna putih yang terdapat pada daerah konak urine dan
asam nitrit.
3. Chlorida
dalam Urine
a.
Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan
larutan AgNO3 1-2 tetes
b.
Amati perubahan yang terjadi, endapan
putih menunjukan adanya chlorida radikal
4. Amonia
dalam urine
a.
Masukkan 1 ml urine ke dalam tabung reaksi
b.
Panaskan dengan lampu spirtus
c.
Ciumlah bagaimana baunya?
5. Urea
dalam urine
a.
Teteskan beberapa tetes urine pada objek
glass, kemudian hadapkan pada cahaya matahari biarkan sebagian dari urine
tersebut menguap
b.
Tambahlah setetes larutan jenuh asam
oksalat
c.
Amati kristal urea oksalat yang
terbentuk
d.
Tambahkan beberapa tetes larutan sodium
hipobromide
e.
Pemuaian nitrogen tampak akibat
dekomposisi urea
F.
Hasil
Pengamatan
1. Glukosa dalam Urine
Sampel
Urine
|
Perubahan
Warna
|
Keterangan
|
Sofyan M
|
Biru
|
Mengandung 0,1% glukosa
|
Santika S
|
Biru
|
Mengandung 0,1% glukosa
|
M. Hasanudin
|
Biru
|
Mengandung 0,1% glukosa
|
Selvia Yusifa
|
Biru
|
Mengandung 0,1%
glukosa
|
Nena Mardianti
|
Biru
|
Mengandung 0,1 % glukosa
|
2.
Albumin
dalam Urine
Sampel
Urine
|
Cincin
Putih
|
Keterangan
|
Sofyan M
|
Tidak ada cincin
|
Tidak mengandung albumin
|
M. Hasanudin
|
Tidak ada cincin
|
Tidak mengandung albumin
|
Santika S
|
Tidak ada cincin
|
Tidak mengandung albumin
|
Selvia Yusifa
|
Tidak ada cincin
|
Tidak mengandung albumin
|
Nena Mardianti
|
Tidak ada cincin
|
Tidak mengandung albumin
|
3.
Chlorida
dalam Urine
Sampel
Urine
|
Endapan
Putih
|
Keterangan
|
Sofyan M
|
Terdapat endapan putih
|
Terdapat chlorida radikal
|
M. Hasanudin
|
Terdapat endapan putih
|
Terdapat chlorida radikal
|
Santika S
|
Terdapat endapan putih
|
Terdapat chlorida radikal
|
Selvia Yusifa
|
Terdapat endapan putih
|
Terdapat chlorida radikal
|
Nena Mardianti
|
Terdapat endapan putih
|
Terdapat chlorida radikal
|
4.
Amonia
dalam urine
Sampel
Urine
|
Bau
|
Keterangan
|
Sofyan M
|
Berbau pesing
|
Terdapat amonia
|
M. Hasanudin
|
Berbau pesing
|
Terdapat amonia
|
Santika S
|
Berbau pesing
|
Terdapat amonia
|
Selvia Yusifa
|
Berbau pesing
|
Terdapat amonia
|
Nena Mardianti
|
Berbau pesing
|
Terdapat amonia
|
5.
Urea
dalam urine
Sampel
Urine
|
Kristal
Oksalat
|
Keterangan
|
Sofyan M
|
Terdapat kristal oksalat
|
Banyak
|
M. Hasanudin
|
Terdapat kristal oksalat
|
Banyak
|
Santika S
|
Terdapat kristal oksalat
|
Banyak
|
Selvia Yusifa
|
Terdapat kristal oksalat
|
Banyak
|
Nena Mardianti
|
Terdapat kristal oksalat
|
Banyak
|
G.
Pembahasan
1. Glukosa pada Urine
Pada
uji glukosa setelah sampel di teteskan pada larutan benedict yang telah di
panaskan kemudian di diamkan selama beberapa saat tidak terjadi perubahan
warna. Ini menunjukan bahwa sampel urine a negatif mengandung glukosa, kalaupun
ada kadar glukosa yang terkandung sebesar 0.1%.
2. Albumin pada Urine
Pada uji albumin setelah sampel (urine)
diteteskan pada tabung reaksi yang mengandung asam nitrit kemudian didiamkan
selama beberapa saat, tidak terdapat cincin putih di daerah kontak antara urine
dan asam nitrit. Hal ini menunjukan bahwa sampel urine tersebut tidak mengadung
albumin
3. Clorida pada Urine
Pada uji chlorida setelah sampel yang di
dalam tabung reaksi ditetesi larutan NAOH teradapat endapan putih. Hal ini
menunjukan bahwa sampel urine tersebut
positif mengandung chlorida.
4. Amonia pada Urine
Pada uji amonia setelah sampel yang
berada pada tabung reaksi dipanaskan beberapa saat kemudian tercium bau pesing.
Hal ini menunjukan bahwa sampel urine tersebut mengandung amonia
5. Urea dalam Urine
Pada uji urea setelah
sampel yang berada pada tabung reaksi dipanaskan beberapa saat kemudian
dikeringkan, setelah kering , diamati dengan menggunakan mikroskop dan hasilnya
terdapat kristal (oksalat).
H.
Pertanyaan
a. Glukosa
pada Urine
1.
Buatlah siklus perubahan glukosa dalam
tubuh dan jelaskan mengapa terjadi perubahan demikian?
Jawab: glukosa berasal
dari pemecahan amilum dan maltosa. Glukosa masuk siklus glikolisis meghasilkan
asam piruvat kemudian masuk daur krebs dan transpor elektron untuk menghasilkan
energi berupa ATP
2.
Bagaimanakah jumlah glukosa dalam darah
setelah beberapa saat anda makan? Bagaimanakah hubungannya dengan kadar glukosa
optimum darah? Jelaskan!
Jawaban: jumlah glukosa
dalam darah akan naik beberapa saat setelah makan, saat kita makan makanan yang
mengandung karbohidrat. Karbohidrat akan diubah jadi glukosa umtuk menjaga
keoptimalan kadar glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa didalam tubuh tersebut
akan disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati atau otot sehingga kadar glukosa
dalam darah tetap dalam keadaan optimum
b. Albumin
pada Urine
1.
Apakah hubungannya anatara kadar albumin
yang tinggi dalam urine dengan kesehatan yang bersangkutan?
Jawaban: Albumin merupakan molekul yang
mempunyai berat molekul yang besar. Apabila dalam urine seseorang terdapat
albumin, maka hal tersebut menunjukkan indikasi adanya kerusakan pada membrane
kapsul endhotolium. Selain itu, hal tersebut juga dapat disebebkan oleh iritasi
ginjal dikarnakan masuknya substansi seperti bakteri, eter, atau logam berat.
c. Clorida
pada Urine
1.
Chlorida yang terdapat dalam urine
berasal dari apa? Jelaskan!
Jawaban: Chlorida yang terdapat dalam
urine berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl 10%)
2.
Apakah chliride selalu terdapat dalam
urine? Jelaskan!
Jawaban:
ya, karena setiap makanan hampir mengandung garam (Nacl)
3.
Tuliskanan reaksi kimia yang terjadi
pada percobaan diatas bila uji tersebut positif!
Jawaban:
NaCl --> Na+ + Cl-
AgNo3+
NaCl --> AgCl + NaNO3
d. Amonia pada Urine
Jawaban:
berasal dari hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama didalam hati dan
ginjal
2. Enzim
apa yang bekerja?
Jawaban:
Enzim glutaminase mengubah glutamin menjadi aam glutamate
e. Urea
dalam Urine
1. Jelaskan
bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh?
Jawaban: : Mekanisme
Pembentukan Urea di Hati,Urine di Nefron Ginjal dan Mekanisme Osmoregulasi Ikan
Air Tawar dan Ikan Air LautA. Mekanisme Pembentukan Urea Di Hati. Jika
sel tubuh kelebihan asam amino, asam amino tersebut akan mengalami deaminasi.
Deaminasi merupakan pemindahan gugus amin (-NH) dari asam amino. Deaminasi
mengakibatkan terkumpulnya amonia yang bersifat racun. Hati dengan bantuan
enzim arginase akan mengubah arginin (salah satu asam amino esensial) menjadi
ornitin dan urea. Urea akan dibuang melalui ginjal, sedangkan ornitin akan
mengikat amonia yang bersifat racun dan akan dikeluarkan ke dalam empedu dan
urin.
2.
Bagaimanakah mekanisme pengeluaran urea
dalam tubuh?
Jawaban: Setelah urin dibentuk di ginjal, urin akan
disimpan sementara dalam vesica urinaria atau kandung kemih setelah melewat
ureter. Jika volume urin yang terdapat dalam kandung kemih telah cukup banyak
dan telah mampu menyebabkan distensi otot detrusor, otot detrusor akan
mengalami kontraksi dan hal ini mengakibatkan keluarnya urin dari kandung kemih
melalui uretra.
2 I.
Kesimpulan
1.
Glukosa pada Urine
Setelah urine
ditambahkan dengan larutan benedict, yang kemudian dipanaskan menghasilkan
warna biru. Hal ini menunjukan bahwa kandungan glukosa pada urine tersebut
sebesar 0,1%.
2.
Albumin pada Urine
Setelah urine
ditambahkan asam nitrit, tidak terdapat cincin berwarna putih pada urine.
3.
Clorida pada Urine
Setelah urine
ditambahkan AgNO3, terdapat lapisan endapan berwarna putih.
4.
Amonia pada Urine
Setelah urine
dipanaskan dengan menggunakan bunsen, urine ini menimbulkan bau pesing. Hal ini
menunjukan bahwa urine tersebut sehat.
5. Urea
dalam Urine
Setelah ditambahkan
asam oksalat, kemudian dikeringkan dan di amati dibawah mikroskop terdapat
kristal (oksalat).
LAMPIRAN
Bagus
BalasHapus